ILMU KALAM

ILMU KALAM

Oleh: MOCHAMAD SOEF, SH, S.HI

1. Latarbelakang lahirnya ilmu kalam (Teologi Islam) dan apa perbedaannya antara ilmu tasawuf dan ilmu filsafat ?

Latar belakang berdirinya ilmu kalam (Teologi Islam) adalah dipicu oleh persoalan-pesoalan Politik yang tumbuh dan muncul mengenai peristiwa terbunuhnya Usman bin Affan yang berakibat atas penolakan Mu’awiyah dengan diangkatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, setelah wafatnya Usman bin Affan. Maka terjadilah perang Siffin sebagai akibat terjadinya ketegangang antara kubu Muawiyah dan Ali bin Abi Thalib atas kekhilafahannya, maka dari pada itu tercetuslah keputusan terakhir atau tahkim (arbitrase). Yang dimaksud dengan arbitrase adalah tawaran yang diusulkan untuk memecah pasukan pada kubu Ali bin Abi Thalib menjadi dua bagian, yaitu Pertama, adalah kelompok pendukung Ali yang disebut Syi’ah dan Kedua, adalah kelompok yang menolak ke khilafahan Ali yang disebut Khawarij.

Mengenai asal usul dari mana Tasawuf ini ada beberapa versi, antara lain adalah :

a) Kesatu, ada yang mereka berpendapat adari bahasa Yunani.

b) Kedua, mereka yang berpendapat nama tersebut berasal dari “ahlus suffah”.

c) Ketiga, ada mereka yang berpendapat berasal dari suatu kelompok yang biasanya mengenakan pakaian dari bulu shuf.

d) Keempat, ada pula mereka yang mengatakan tasawuf berasal dari kata “Shafa” dalam bahasa Arab dapat diartikan jernih.

Dan ada pula para peneliti membagi tasawuf menjadi dua golongan, diantaranya akan di terangkan sebagai berikut :

􀀀 Golongan pertama, yaitu mereka yang mencari ma’rifat (upaya mengenal Dzat Allah). Mereka yang dianggap merupakan sebagai sisa- sisa penganut aliran perguruan filsafat Yunani (Perguruan Tinggi Alixandria).

􀀀 Golongan kedua, yaitu mereka yang berupaya sekuat mungkin dan semaksimal mungkin untuk men sucikan diri dan jiwanya dengan jalan beribadah kepada Allah SWT. Dengan menjauhkan diri persoalan keduniawian dan mengedepankan kepentingan masalah akhirat.

Ilmu Filsafat bisa disebut dengan beberapa nama, antara lain : ilmu usuluddin, ilmu tauhid, fiqh al-Akbar, dan teologi Islam.1 Asal usul dari filsafat adalah pada awal zaman Rasulullah Umar bin Khatab dan Ali bin Abi Thalib memplopori untuk berikmah, yaitu kegiatan berfikir yang menekankan kepada pencarian rahasia dan manfaat-manfaat yang terdapat dibalik objek atau pristiwa yang sedang difikirkan. Dan perkembangan pada periode kedua yang sangat komplek sekali. Ulama muslim sengaja memperkuat argumennya (rasio) dan disamping itu pula menyandarkan argumennya dengan wahyu (naql) untuk menjawab persoalan-persoalan yang komplek tersebut.

Filsafat dalam Islam dibagi menjadi dua bagian, diantaranya sebagai berikut :

1. Tentang berbagai pemikiran yang diwarnai oleh Islam, baik Islam sebagai subtansi ataupun sudut pandang kajian.

2. Islam sebagai objek kajian atau objek formulanya adalah filsafat. Contoh: orintalis mengkaji atas Islam mengenai ajaran-ajaran sejarah, pemikiran tokoh dan realisasi Islam.

Sebenarnya Ilmu tasawuf termasuk juga ilmu filsafat karena kedua ilmu tersebut sama membahas tentang dasar dari segala dasar, sehingga demikian eratnya antara kedua ilmu tersebut. Ciri yang paling mendasar antara lain, kalau Ilmu filsafat yaitu memakai daya berfikir manusia yang disebutkan akal (aql), dan tasawuf memakai daya rasa yang disebut qalbu. Filsafat dalam Islam membahas dasar dari segala dasar yaitu Tuhan, baik melalui rasio ataupun nalar dan qalbu.

2. Ilmu kalam timbul aliran-aliran dan sebutkan macam macamnya ?.

Mengkaji dan mempelajari aliran-aliran ilmu kalam adalah merupakan upaya memahami kerangka berfikir yang ada pada manusia dan proses pengambilan solusi atau pemecahan masalah atas permasalahan-permasalahan tentang kalam. Dan ilmu kalam timbul karena adanya sebab-sebab pemicu perbedaan pendapat yang mana dititik beratkan pada aspek subjek pembuatan keputusan. Perbedaan yang terjadi dalam Islam pada umumnya dilatar belakangi oleh hal yang menyangkut kapasitas

dan kredibilitas seseorang sebagai figur perbuatan keputusan,dan disamping itu ada tiga permasalahan yang mejadi objek perbedaan pendapat, yaitu Pertama, perbedaan keyakinan (aqa’id), Kedua, persoalan syariah, dan Ketiga, persoalan politik.2 Maka kita dapat menarik benang merah sebuah kesimpulan dari perbedaan tersebut secara garis besar dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu metode berfikir rasional dan metode berfikir tradisional. Dan disamping itu adanya perbedaan kerangka berfikir dalam diri manusia untuk merespon dan mencari solusi persoalan-persoalan kalam :

1. Aliran Antroposentris

Aliran antroposentris adalah aliran yang menganggap bahwa realitas trasenden bersifat kosmos dan impersonal, mereka berpandangan antroposentris sebagai seorang sufi adalah suatu mistis dan strategis. Dan yang tergolong dari aliran ini menganggap negative pada dunia ini, karena dia berkeyakinan bahwa keselamatan mereka adalah atas kemampuannya membuang keburukan yang terdapat dalam dirinya dan membuang semua hasrat serta keinginannya. Aliran teologi yang termasuk dalam katagori ini adalah Qodariyah, .Mu’tazilah dan Syi;ah.

2. Aliran Teosentris

Aliran teosentris menganggap daya yang terdapat pada manusia adalah dari Tuhan, jadi Tuhan ikut campur tangan atas perbuatan manusia, perbuatan baik atau jahat pun mereka sepakat dari Tuhan, manusia bisa berbuat baik dan jahat adalah merupakan daya dari Tuhan. Maka perbuatan itu dapat datang sewaktu-waktu pada diri manusia. Aliran teologi yang tergolong dalam katagori ini adalah Jabariyah.

3. Aliran Konvergensi atau Sintesis

Aliran Konvergensi menganggap hakekat realita yang bersifat supra, personal dan impersonal. Aliran ini menandang bahwamanusia adalah tajjali atau

2 Abdul Razak dan Rasihon Anwar, Ibid., hlm 32.

Ilmu K4alam

cermin asma dan sifat-sifat realita mutlak.3 Maka dari pada itu eksistensi kosmos adalah merupakan sebagai pencipta ada dasarnya dan mempunyai sifat-sifat yang azali. Aliran ini berpendapat bahwa secara suptansial mempunyai nilai-nilai batini, dan eternal (qadim) karena merupakan gambaran haq yang sebenarnya. Dan setiap apa saja dapat dihancurkan dan dimusnahkan melainkan ada kehendak Tuhan yang mutlak, karena ciptaan-Nya adalah bersifat relative (sifat ketergantungan) dan profon.

Menurut aliran ini pula manusia mempunyai keterkaitan antara Tuhan karena semua daya yang dimiliki oleh manusia tersebut merupakan dari Tuhan yaitu dalam daya kebijaksanaan dan daya temporal (manusia) dalam bentuk masalah teknis. Kebahagian bagi Aliran Konvergensi terletak pada kekonsistenannya pada jalur kebenaran yang telah digariskan oleh Tuhan yaitu dengan tidak melenceng dari jalur kiri ataupun dari jalur kanan. Maka dapat disimpulkan bahwa Tuhan dan Mahkluk-Nya adalah merupakan satu bagian yang tekdapat terpisahkan antra keduanya yaitu tentang dzat Tuhan dan asma serta sifat-sifat-Nya. Aliran yang tengolong dari aliran ini adalah Asy’ariyah.

4. Aliran Nihilis

Aliran nihilis ini menganggap bahwa hakekat terasendental adalah merupakan ilusi belaka atau anggan-anggan saja yang terdapat pada pikiran manusia. Mereka menggap Tuhan tidak mempunyai sifat yang mutlak, tetapi merupakan sebagai variasi Tuhan kosmos. Kekuatan, daya adalah terletak pada kecedikan yang terdapat pada manusia merupakan dari manusia itu sendiri sehingga dapat menolak dari perbuatan yang buruk, yaitu sebagai upaya control diri. Dan mereka pula menganggap manusia mendapatkan kebahagiaan dari segi fisik saja tidak yang lain.

3. Bagaimana pendapat aliran-aliran tersebut mengenai perbuatan manusia ?

Adapun perbedaan pendapat aliran-aliran yang mengenai perbuatan manusia adalah sebagai berikut :

􀀀 Aliran Jabariyah

Aliran Jabariyah ini terbagi atas dua aliran ekstrim dan moderat. Pertama, aliran Jabariyah ekstrim, berpendapat bahwa perbuatan manusia adalah merupakan bukan perbuatan dari kemauan internal manusia, tetapi merupakan perbuatan yang dipaksakan oleh dirinya dan dapat juga dikatakan perbuatan tersebut merupakan kemauan (qoda dan qodar) dari Tuhan. Dan disamping itu manusia tidak mempunyai daya, kekuatan apapun, tidak mempunyai kehendak dan tidak mempunyai pilihan apapun pula.

Dan aliran Jabariyah Moderat mereka mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah Tuhan mempunyai peranan dalam perbuatan baik ataupun perbuatan jahat karena kedua perbuatan tersebut merupakan ciptaan Tuhan.

􀀀 Aliran Qodariyah

Aliran Qodariyah mengatakan bahwa perbuatan manusia adalah merupakan perbuatan yang bersumber dari dirinya sendiri karena manusia mempunyai kehendak atas perbuatannya baik ataupun jahat yang dilakukannya. Dan aliran ini mempercayai adanya siksa neraka bagi yang berbuat jahat dan mendapat ganjaran surga bagi siapa yang melakukan kebaikan, perbuatan itu semua adalah pilihan pribadi manusia itu sendiri tidak ada campur tangan Tuhan.

􀀀 Aliran Mu’tazilah

Dalam faham Aliran Mu’tazilah berpendapat bahwa manusia mempunyai daya yang kuat dan bebas. Aliran ini sependapat atas perbuatan manusia menurut faham Qodariyah atau free will, yaitu manusialah yang menciptakan perbuatannya sendiri tidak adanya kehendak Tuhan atas seluruh perbuatan manusia.

􀀀 Aliran Asy’ariyah

Aliran Asy’ariyah mempunyai faham manusia ditmpatkan di tempat yang lemah atau tidak berdaya apapun, maka dari pada itu aliran ini lebih dekat dengan Jabariyah dari pada faham yang dianut Mu’tazilah. Segala sesuatu itu terjadi melalui perantara kekuatandan daya yang diciptakan , sehingga terjadi peroleh bagi muktasab yang memperoleh kasab untuk melakukan perbuatan.4

􀀀 Aliran Maturidiyah

Aliran Maturidiyah ini pecah menjadi dua bagian, yaitu Maturidiyah Smarkand dan Bukhara, kedua kelompok ini mempunyai perbedaan pendapat tentang masalah perbuatan manusia. Pertama, Maturidiyah Smarkand berpendapat bahwa perbuatan atau kehendak manusia itu merupakan makna sebenarnya bukan dari makna kiasan dan panutan fahamnya ini lebih dekat dengan faham yang dianut oleh Mu’tazilah, tetapi disamping itu ada perbedaan mengenai daya manusia yaitu kalau Maturidiyah Smarkand berpendapat daya yang dimiliki manusia itu keci dari pada faham yang dianut oleh Mu’tazilah, maka dari menurut faham Al-Maturidi, manusia tidaklah sebebas apa yang dikatakan oleh Mu’tazilah.

Dan Kedua, Maturidiyah Bukhara adalah pada dasarnya sependapat dengan golongan Maturidiyah Smarkand, tetapi dia menambahkan sedikit dalam fahamnya yaitu mengenai daya menurutnya daya itu terbagi menjadi dua bagian yaitu manusia tidak mempunyai daya untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhan yang dapat mencipta, dan manisia hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan Baginya.5

4. Perbandingan pemikiran teologi Muhammad Abduh dan Hasan Hanafi ?

􀀀 Pemikiran-pemikiran kalam Muhammad Abduh

Adapun pemikiran teologi Muhammad Abduh antara lain adalah:

a. Kedudukan akal dan fungsi dari suatu wahyu

Ada dua pokok persoalan yang mendasar dari pemikiran Muhammad Abduh, antara lain adalah :

o Pembebasan pikiran dari belenggu taqlid yang menhambat perkembangan pengetahuan agama.

o Merevisi bahasa dari segi gayanya baik di gunakan untuk percakapan maupun tulisan.

Dari dua pokok yang mendasar ini munculah perkembangan yang pwsat pada umat Islam. Kejumudan Umat Islam pada mesa saat ini dikarenakan mengabaikan ijtihad dan menutupnya rapat-rapat dan mereka merasa cukup atas penemuan-penemuan dan karya-karya para pen dahulunya. Menurut Muhammad Abduh akal dapat mengetahui, sepeti Tuhan beserta sifat-sifatnya, keberadaan hidup dan mati seseorang, kewajiban manusia mengenal Tuhan, kewajibanmanusia untuk berbuat baik, dan beserta hukum-hukum mengenai hal-hal tersebut.

b. Kebenaran manusia dan fanatisme

Menurut Abduh, bahwasannya manusia mempunyai daya pikir yang tinggi, mempunyai kebebasan untuk memilih itu merupakan dasar alami dari manusia itu semuanya merupakan sunnatullah. Manusia mempunyai kebebasan tetapi bukan kebebasan yang absolute melainkan kebebasan yang yang sifatnya relative.

c. Sifat-sifat Tuhan

Yang dimaksud sifat-sifat Tuhan adalah merupakan esensi dari Tuhan. Manusia tidak dapat menalar tentang esensi Tuhan dikarenakan bukan merupakan kemampuan manusia atau bukan porsinya untuk difikirkan.

d. Kehendak mutlak Tuhan

Atas kebebasan dan kemampuan manusia, maka timbullah pemikiran pada Abduh bahwa Tuhan tidak bersifat absolute (mutlak), karena Dia telah membatasi keabsolutan-Nya dengan memberikan kebebasan dan kekuasaan-Nya kepada manusia dalam masalah mewujudkannya perbuatan yang dikehendakinya.

e. Keadilan Tuhan

Karena Tuhan menciptakan manusia dengan memberikan daya yang sangat besar dan kebebasan sejak manusia lahir di dunia ini, maka Abduh memahami dan meninjau alam bahwasannya bukanlah hanya dari kehendak Tuhan melainkan juga dari segi kepentingan manusia. Adapun masalah keadilan Tuhan, ia memandang bukan hanya dari segi kemaha sempurnaan-Nya, tetapi juga dari pemikiran rasional manusia.6

f. Antroporfisme

Bahwa sifat-sifat Tuhan tidak dapat dirasiokan oleh manusia karena Tuhan termasuk alam rohani. Bahwa sifat-sifat yang dimiliki oleh Tuhan tidak sama dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh manusia meskipun sifat-sifat-Nya mengadopsi dari bentuk tubuh manusia, Contohnya: kata-kata wajah, tanga, dudukdan lain sebagainya

g. Melihat tuhan

Muhammad Abduh, berpendapat Tuhan tidak dapat digambarkan dan tak dapat dijelaskan dengan kata-kata.

h. Perbuatan Tuhan

Perbuatan Tuhan dan manusia mempunyai kaitan dengan manusia yaitu manusialah yang menciptakan perbuatannya sendiri tidak adanya kehendak Tuhan atas seluruh perbuatan manusia tersebut.

􀀀 Pemikiran-pemikiran kalam Hasan Hanafi

Adapun pemikiran-pemikiran tentang masalah kalam oleh Hasan Hanafi antaranya sebagai berikut :

a) Kritik terhadap teologi tradisional

Bahwasannya kontruk teologi tradisianal telah merubah orentasi perangkat konseptual dari system teologi sesuai dengan perubahan konteks-politik yang berkembang pada saat ini. Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan sejarah, melainkan merefleksikan konflik-konflik sosial politik.7 Dia mencoba ingin meletakkan teologi Islam Tradisional sesuai pada tempatnya, yaitu bukan pada suatu ilmu yang membahas tentang Ketuhanan, melainkan ilmu kemanusiaan yang terbuka untuk diadakannya verifikasi ataupun falsifikasi baik secara horizon ataupun aiditis.8

b) Rekontruksi teologi

Mengingat adanya kelemahan yang terdapat pada teologi tradisional, maka Hanafi mencuba untuk mengkontruksi dan melakukan revisi menjadi ilmu yang bermanfaat bagi masa kini dan Dia Menjadikan teologi bukan hanyalah sebagai sebuah dokma-dokma, melainkan sebagai ilmu perjuangan sosial yaitu keimanan tradisional memiliki sifat yangt actual sebagai landasan etik kehidupan manusia dalam masyarakat sosial. Pembaharuan ini dapat dikatakan sebagai revolosi sosial terhadap teologi teradisianal tersebut.

Abdul razak dalam bukunya mengatakan langkah-langkah melakukan rekontruksi teologi sekurang-kurang yang di latarbelakangi oleh tiga hal, yaitu sebagi berikut :

1) Kebutuhan akan adanya sebuah teologi yang jelas ditengah-tengah pertarungan globalisasi. 9

2) Pentingnya suatu teologi yang baru bukan dari sekedar teoritas melainkan sebagai kepentingan praktis untuk mewujudkan idiologi adalah sebagai pemecah masalah-masalah yang terdapat pada Negara-negara Islam yang ada.

3) Kepentingan teologi yang bersifat praktis yaitu dengan mewujudkan dengan realitas tauhid dalam dunia Islam

Dan adapun untuk menyempurnakan ilmu teologi Ialam antaranya adalah Pertama, bahasa dan yang Kedua, analisir realitas.yaitu dengan mengetahui histories–sosiologis munculnya teologi pada zaman dahulu kala, dan mendekkripsikan pengaruh dari teologi tersebut pada kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

5. Bagai mana pendapat saudara mengenai perkembangan teologi Islam di kalangan Umat islam Indonesia saat ini ?

Beberapa pendekatan Islam sejak awal kemunculannya tampil sebagai aliran teologi secara umum, ada dua pendekatan. Ulama Muslim tradisionalis cenderung berpendapat, sejak awal Islam merupakan agama yang berbeda dengan agama-agama sebelumnya. Islam sebagai agama terakhir menyempurnakan (mutammim) dan meluruskan ajaran ketauhidan yang telah terdeviasi (tahrif).

Agama kerap kali dipahami sebagai identitas pengakuan keimanan (confessional identity) yang berbeda bukan hanya dengan ideologi dunia, tapi juga entitas agama lain. Akibatnya, perkembangan suatu agama juga

dihubungkan dengan wataknya yang distingtif dari agama-agama yang muncul sebelumnya. Keberhasilan suatu agama dalam menarik perhatian umat manusia dan merekrutnya sebagai pengikut lebih banyak disebabkan propaganda yang membesar-besarkan keunggulan dan serba sempurnaannya.

Kenyataan ini menyebabkan sulitnya membangun basis teologi persaudaraan antar iman yang diharapkan menjadi landasan agama koeksistensi. Tetapi pada dewasa ini perkembangan teologi Islam di Indonesia seolah-olah tidak nampak dan tertelan bumi, dikarenakan ditertutup dengan masalah-masalah sosial, politik dan budaya yang sangat dominan. Tapi tidak dapat dipungkiri perkembangan aliran-aliran atau mazhab-mazhab di Indonesia sangat banyak sekali, antara lain, mazhab hanafiyah, mazhab Hambali,mazhab

Syafi’i, mazhab Maliki. Dan kita tidak boleh pungkiri bahwa yang paling dominan mazhab yang dianut oleh penduduk Indonesia adalah Mazhab Syafi’I disamping itu ada banyak mazhab-mazhab lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Razak, Abdul, “Ilmu Kalam” ,(Pustaka setia: 2003 ), Bandung, cet-1

Nata, Abudin, “Metodologi Studi Islam ”, (PT. Grafindo Persada : 2003),Jakarta cet-7

Nasution, Harun, “ Teologi Islam ”,(UI .Press: 1986), Jkarta, cet-5