Tasawuf Falsafi : Dasar-dasar Teologi dan Historis

Tasawuf Falsafi : Dasar-dasar Teologi dan Historis

Oleh: Mochamad Soef

Latar Belakang

Munculnya konsep tipologi tasawuf antara lain tasawuf akhlaki, amali, dan falsafi. Sesungguhnya tipologi tasawuf memiliki tujuan yang sama yaitu melalui mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan cara membersihkan diri dan menjauhkan diri dari perbuatan tercela, serta manghasilkan perbuatan terpuji.

Dan adanya anggapan bahwa konsep tasawuf erat kaitannya dengan mistis dengan Tuhan, yaitu seorang sufi merasakan dapat berhubungan langsung dengan Tuhan-Nya, bahkan dapat menyatu secara rahani dengan-Nya.

Tujuan Penelitian

Adanya pemahaman ajaran sufi melahirkan doktrin yang secara literal bertentangan dengan kalangan Islam ortodoks. Maka muncullah pertentangan-pertentangan antara lain adalah : pertentangan Sufi-mistis dengan ahli syari’ah (mengenai konflik antara ahli batin dan ahli dhahir, ahli hakekat dan ahli syari’at, islam heterodoks, dan islam ortodoks).

Dan tidak jarang ajaran tasawuf sering laki dianggap suatu ajaran yang tidak sesuai dengan semangat doktrin dalam al-Qur’an dan al-Hadist.

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian kajian pustaka (library research), yaitu dengan membaca buku-buku yang relefan terhadap permasalahan dalam penelusuran data. Maka data yang terhimpun dilakukan pengelompokan data tersebut dengan analisis berdasarkan relefentarisas. Selanjutnya menganalisis data yang terhimpun untuk digunakan analisis isi (content analysis) dan analisis perbandingan (comparative analysis), guna menghasilkan makna keseluruhan dari berbagai aspek pembentukan dan perkembangan dalam dunia Islam pada umumnya.

Hasil Penelitian

Perkembangan tasawuf sangat dipengaruhi oleh kondisi social politik pasca fitnah al-kubra, terutama setelah terbunuhnya Uthman bin Affan serta peperangan Ali melawan Mu’awiyah, dilanjutkan dengan peperangan Ali dan Aisyah (mertua Ali dan Istri Nabi Saw), merupakan salah satu factor penting munculnya tasawuf. Maka seketsa perkembangan tasawuf di dunia islam sebagai berikut :

  • Tasawuf Masa Pembentukan (Abad I-II H)

Tasawuf pada masa pembentukan masih bercorak praktis, para sufi belum menaruh perhatian untuk menyusun konsep teoritis atas asketismenya. Pola hidup zuhud dengan menjauhi kesenangan hidup diu dunia, usaha meningkatkan ibadah, tunduk dengan perasaan berdosa yang berlebihan, serta penyerahan penuh kepada kehendak Allah merupakan corak tasawuf yang berkenbang pada abad I-II H.

  • Tasawuf Masa Pengembangan (Abad III-IV H)

Kefanaan (ekstase) yang menjurus kepada ajaran persatuan hamba dengan Tuhan Merupakan tipikal tasawuf abad III-IV H. beberapa ajaran yang berkaitan dengan kefanaan bermunculan, misalnya ; fana’ fi al-mahbub, baqa’ fi al-mahbub, ittihad fi al-mahbub, mushahadah, dan liqa’. Corak tasawuf pada abad ini diwarnai munculnya kecenderungan tasawuf ke arah panteisme (union mystic). Tasawuf pada masa pengembangan dipandang mencapai tingkat tertinggi dan terjernih, diman ajaran-ajaran sifi padfa priode ini dijadikan rujukan ileh para sufi dikemudian hari.

  • Tasawuf Masa Konsolidasi (Abad V H)

Tasawuf pada abad V H dikatakan sebagai masa konsolidasi karena pada periode ini tampak ada kesadaran internal di kalangan sufi untuk memoderasi ajaran tasawuf. Usaha tersebut dilakukan karena adanya pertentangan antara golongan sufi yang dianggap ajran kaum tasawuf telah menyeleweng dan bertentangan dengan prinsip dasar tauhid Islam, dan ahli syari’at juga dianggap keberagamaannya terjebak dalam formalisme ajaran agama dan tidak memiliki makna spiritual.

  • Tasawuf Falsafi (Abad VI H)

Tasawuf pada masa ini ditandai dengan bangkitnya kembali tasawuf falsafi, bahkan konsep-konsep penting muncul pada periode ini. Antara lain pelopor adalah al-Suhrawardi (w 587 H), Ibn ‘Arabi (w 638 H), dan lain sebagainya. Dan kembalinya corak tasawuf falsafi yang bersifat panteistik, tidak dapat dilepaskan dari kelemahan mendasar kompromi tasawuf dan syari’at yang dilakukan oleh al-Ghazali. Ia memandang tentang klasifikasi iman menjadi tiga tingkatan : a) iman orang awam, b) iman mutakalimin (teolog), c) dan iman kaum arifin atau sufi (yang dianggap sebagai peringkat tertinggi).

  • Tasawuf Masa Pemurnian

Seiring tersebarnya tasawuf pada wilayah kekuasaan islam membawa dampak bagi ajaran tasawuf. Maka muncullah gejala-gejala penyelewengan ajaran tasawuf daru syari’at sangat mungkin terjadi. Corak taswuf yang ditawarkan oleh Ibn Taimiyah adalah yang berbasis syari’ah yang sufi sebelum menempuh laku tasawuf terlebih dulu harus memahami dan melaksanakan ajaran islam yang utama yaitu aqidah dan syari’ah.

Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Biyanto (Tasawuf Falsafi : Dasar-dasar Teologi dan Historis) adalah sebagai berikut :

  1. Pembentukan tasawuf falsafi dipengaruhi oleh factor eksternal ajaran islam dan factor internal ajaran islam. Faktor eksternal ajaran dapat ditemukan  dalam ajaran, pemikiran  (filsafat), dan kepercayaan yang berkembang di daerah-daerah yang ditaklukkan islam.
  2. Mengenai perkembangan paham dalam tasawuf falsafi ditemukan adanya kontinuitas tokoh-tokohnya, seperti konsep fana, baqa’, dan ittihad, selanjutnya menjelma dalam ajaran hulul dan wahdatul wujud.

Saran dan Kritik

Peneliti menggunakan metode penelitian kajian pustaka (library research), yang mana cenderung setatis tidak dinamis. Disamping peneliti melakukan penelitian dengan metode penelitian kajian pustaka (library research), maka perlu kiranya juga peneliti untuk mengadakan konserfasi langsung pada pihak-pihak yang bersangkutan guna mendapatkan data yang falid seiring dengan perkembangan tasawuf dalam masyarakat pada zaman ini.